BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 15 Maret 2010

pembelajaran kolaboratif

Collaborative Learning

(Pembelajaran Kolaboratif)

Pembelajaran kolaboratif dapat didefinisikan sebagai filsafat pembelajaran yang memudahkan para siswa bekerjasama, saling membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama pula. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global saat ini. Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerjasama di dalam kelas, di kemudian hari mereka lebih dapat diharapkan untuk menjadi warganegara yang lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia. Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam skala nasional bahkan mondial.

Pembelajaran kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara kelompok maupun individu. Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Antaranggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula sebaliknya.

Demikianlah dalam pembelajaran kolaboratif diciptakan lingkungan sosial yang kondusif untuk terlaksananya interaksi yang memadukan segenap kemauan dan kemampuan belajar siswa. Lingkungan yang dibentuk berupa kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima siswa pada setiap kelas dengan anggota-anggota kelompok yang sedapat mungkin tidak bersifat homogen. Artinya, anggota-anggota suatu kelompok diupayakan terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan, siswa yang relatif aktif dan yang kurang aktif, siswa yang relatif pintar dan yang kurang pintar. Dengan komposisi sedemikian itu dapat diharapkan terlaksananya peran tutor beserta tutee antarteman dalam setiap kelompok.

Resta dalam Daphne (1996) mendefinisikan pembelajaran kolaborasi sebagai sebuah kelompok yang bekerja bersama-sama untuk tujuan yang telah ditetapkan. Pendapat hampir sama dikemukakan Johnson, Johnson dan Smith (1991) yang mengatakan pembelajaran kolaborasi adalah suatu aktifitas pembelajaran dimana siswa terlibat dalam kerja tim untuk mencapai tujuan umum yang ditetapkan. Dalam aktifitas pembelajaran tersebut terdapat elemen-elemen yang merupakan ciri pokok pembelajaran kolaborasi, meliputi: adanya saling ketergantungan yang positif, akuntabilitas individual, memajukan interaksi tatap muka, penggunaan ketrampilan kolaborasi yang sesuai dan adanya proses kelompok.

Pembelajaran kolaborasi menurut Srinivas (2005) adalah suatu pendekatan kegiatan pendidikan untuk mengajar dan belajar yang melibatkan kelompok-kelompok si belajar yang saling bekerjasama untuk menyelesaikan sebuah problem, menyelesaikan tugas atau membuat sebuah produk.

Menurut Gokhale (1995) pembelajaran kolaborasi merujuk pada sebuah metode pembelajaran di mana si belajar dari berbagai tingkat kemampuan saling bekerjasama dalam kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pengertian Gokhale, masing-masing si belajar mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial. Keberhasilan si belajar dianggap sebagai keberhasilan si belajar yang lain. Si belajar bisa membantu si belajar yang lain untuk meraih kesuksesan. Pembelajaran kolaborasi memberikan kesempatan kepada si belajar untuk terlibat dalam diskusi, bertanggungjawab terhadap pembelajarannya sendiri dan menjadi pemikir yang kritis.

Pembelajaran kolaborasi memiliki ciri-ciri yaitu struktur tujuan, tugas dan penghargaannya bersifat kolaboratif yang berbeda dengan pembelajaran yang bersifat individualistik dan kompetitif. Tinzmann, Jones, Fenninmore, Bakker, Fine & Piere (1990) sepakat bahwa terdapat empat karakteristik umum dalam pembelajaran kolaboratif, meliputi:

(a) pengetahuan bersama antar guru dan si belajar

(b) kewenangan bersama antara guru dan si belajar

(c) guru sebagai mediator

(d) pengelompokkan si belajar secara heterogen.

Menurut Johnsons (1974), sekurang-kurangnya terdapat lima unsur dasar agar dalam suatu kelompok terjadi pembelajaran kolaboratif, yaitu:

  1. Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran ini setiap siswa harus merasa bahwa ia bergantung secara positif dan terikat dengan antarsesama anggota kelompoknya dengan tanggung jawab: (1) menguasai bahan pelajaran; dan (2) memastikan bahwa semua anggota kelompoknya pun menguasainya. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa lain juga tidak sukses.
  2. Interaksi langsung antarsiswa. Hasil belajar yang terbaik dapat diperoleh dengan adanya komunikasi verbal antarsiswa yang didukung oleh saling ketergantungan positif. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar.
  3. Pertanggungajawaban individu. Agar dalam suatu kelompok siswa dapat menyumbang, mendukung dan membantu satu sama lain, setiap siswa dituntut harus menguasai materi yang dijadikan pokok bahasan. Dengan demikian setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari pokok bahasan dan bertanggung jawab pula terhadap hasil belajar kelompok.
  4. Keterampilan berkolaborasi. Keterampilan sosial siswa sangat penting dalam pembelajaran. Siswa dituntut mempunyai keterampilan berkolaborasi, sehingga dalam kelompok tercipta interaksi yang dinamis untuk saling belajar dan membelajarkan sebagai bagian dari proses belajar kolaboratif.
  5. Keefektifan proses kelompok. Siswa memproses keefektifan kelompok belajarnya dengan cara menjelaskan tindakan mana yang dapat menyumbang belajar dan mana yang tidak serta membuat keputusan-keputusan tindakan yang dapat dilanjutkan atau yang perlu diubah.

0 komentar: